Sabtu, 05 April 2014

Ayah, You're My Guardian Angel

       Hari ini adalah hari dimana saya kembali merasakan kemacetan, kepanasan, desek-desekan dan duduk dipojokan dalem angkutan umum yang bernama KOLMINI. Kamu tau ga apa itu KOLMINI? Silahkan googling aja *Kalo ada*. Jangan bayangkan KOLMINI itu ber-AC dan bisa bawa tempat tidur didalemnya.Sungguh jangan. 

      Keadaan seperti yang  saya sebutkan diawal, sudah sering saya rasakan setiap kali pergi ke kampus. Udah biasa sih, tapi yang jadi ga biasa itu karena hari ini badan saya sedang sangat tidak fit. Jadi, keadaan yang tadinya biasa, menjadi sangat berat untuk dijalani. Hampir- hampir saya kembali merasakan ga enaknya pingsan dan hampir-hampir saya mengeluarkan kembali sarapan dalam bentuk lain *jangan dibayangin*. Untungnya semua itu hanya bersifat “Hampir”.

      Tapi seperti biasa, si cewek got ini selalu memetik hikmah dibalik kejadian-kejadian yang menurut orang lain adalah suatu kesialan. 

Baik, kita masuk kedalam cerita *ketuk mic*

      Hari ini berangkat ke kampus sudah diawali dengan keadaan yang tidak mengenakkan. Teori orang sih biasanya kalo awalnya pahit, akhirnya juga masih ada sisa-sisa kepahitan. Sementara ini saya setuju dengan teori itu, karena pas saya pulang pun masih ada kejadian yang bikin kesel.

      Waktu magrib sudah lewat. Badan kacau, macet masih berlanjut dan lebih paitnya lagi pas ujan lagi deres-deresnya, saya diturunin bukan ditempat tujuan, karena si amang supir malah milih pake jalan alternatif. *Aseeemmmm*

      Saya pun memutuskan untuk naik angkot. Tapi udah lama nunggu, angkotnya ga lewat-lewat *paiiit* Saat saya sedang menelan tablet pahit, datang  seorang laki-laki yang menghampiri saya dengan memakai helm dan jaket yang basah kuyup.

+“Teh, maaf saya mengganggu. Boleh saya minta tolong?”
-“Kenapa A?”
+”Gini Teh, itu anak saya *sambil nunjuk seorang anak perempuan yang cantik sekitar umur 5 Tahun, memakai topi dan dibalut dengan jas hujan besar, dan berdiri disamping motor ayahnya. Terlihat sangat kedinginan* kami mau pulang habis main, anak saya ngantuk dan sudah kedinginan. Saya minta tolong Teh, pegangin anak saya dibelakang sampe rumah saya didaerah *******. Kalo dia duduk sendirian, saya takut dia ketiduran nanti jatoh. Kalo duduk didepan, nanti anak saya basah kuyup”.
-“Aduhh gimana ya A, Punten pisan nih, itu jauh lagi dari rumah saya. Saya juga udah ditungguin sama ayah di gang ****. Maaf ya A”
+”ooh iya Teh, gpp”

      Laki- laki itu tersenyum dan kembali menghampiri anaknya yang sedari tadi memperhatikan kami. Saya melihat laki-laki itu memeluk anaknya dengan penuh kecemasan. Sisi cengeng saya pun muncul seketika. Saya menghampiri mereka.

-“A, yaudah saya bantu. Tapi nanti tolong berenti dulu di gang ****, ayah saya udah nunggu disana soalnya, sekalian mau minta izin”
+”iya Teh, terimakasih sebelumnya ya Teh”

      Kami pun berangkat, saya peluk anak itu agar tidak terkena air hujan. Sesampainya di gang, Ayah saya sudah duduk menunggu, lengkap dengan jas hujannya. Laki-laki itupun menghampiri ayah saya sambil menggendong anaknya. Dia meminta izin kepada ayah saya. 
Dan ternyata ayah saya tidak mengizinkan.

+”Maaf ya A, bukannya saya tidak mengizinkan anak saya untuk membantu. Tapi, anak saya juga baru pulang dari kampus, jalanan masih macet, hujannya juga masih deras, tempat tinggal aa juga jaraknya jauh dari sini. Rumah kami juga masih jauh. Saya takut anak saya sakit lagi a. Aa tunggu aja dulu disini sampai ujannya reda.  Nanti anaknya duduk didepan, balut pakai mantel.”
-“Ohh, iya gpp pak. Terimakasih ya pak, maaf sudah merepotkan anaknya”.

      Laki-laki itu tersenyum kepada saya sambil mengucapkan terimakasih. Sebelum ayah saya melajukan motornya, kami berpamitan dahulu dan mereka tersenyum dengan hangatnya.

Diperjalanan, ayah saya menasehati saya bahwa,
“Berbuat baik itu memang harus, tapi kamu juga harus sadar diri dengan keadaan kamu yang seperti ini, kamu akan mampu atau tidak. Menolong orang lain itu memang wajib, tapi kamu harus tau kondisi dan situasinya. Memungkinkan atau tidak. Jangan sampai menolong orang lain, tapi malah kamu yang jatuh sakit.”

      Ditengah perjalanan saat hujan yang turun semakin deras mengguyur jas hujan kami, saya seketika menangis, menangis terharu telah melihat dua sosok ayah yang sangat tangguh dalam menjaga masing-masing putrinya.
Melihat dua sosok ayah yang begitu khawatir dan takut terjadi apa-apa pada putri kesayangannya.
Melihat dua sosok ayah yang rela menembus hujan untuk melindungi harta terindahnya.
Melihat dua sosok ayah yang begitu hebat.
Dan satu dari dua sosok ayah itu adalah AYAH KU :’)


      Bersyukurlah kalian jika masih memiliki Ayah yang begitu peduli, jangan pernah sia-siakan perhatiannya.

      Untuk Adik cantik dan Ayah yang hebat tadi, terimakasih telah memberikan pelajaran yang sangat berharga. Semoga kalian sudah sampai di rumah dengan selamat :)