Hari
ini adalah hari dimana saya kembali merasakan kemacetan, kepanasan,
desek-desekan dan duduk dipojokan dalem angkutan umum yang bernama KOLMINI.
Kamu tau ga apa itu KOLMINI? Silahkan googling aja *Kalo ada*. Jangan bayangkan
KOLMINI itu ber-AC dan bisa bawa tempat tidur didalemnya.Sungguh jangan.
Keadaan
seperti yang saya sebutkan diawal, sudah
sering saya rasakan setiap kali pergi ke kampus. Udah biasa sih, tapi yang jadi
ga biasa itu karena hari ini badan saya sedang sangat tidak fit. Jadi, keadaan
yang tadinya biasa, menjadi sangat berat untuk dijalani. Hampir- hampir saya kembali
merasakan ga enaknya pingsan dan hampir-hampir saya mengeluarkan kembali
sarapan dalam bentuk lain *jangan dibayangin*. Untungnya semua itu hanya
bersifat “Hampir”.
Tapi
seperti biasa, si cewek got ini selalu memetik hikmah dibalik kejadian-kejadian
yang menurut orang lain adalah suatu kesialan.
Baik, kita masuk kedalam cerita *ketuk
mic*
Hari
ini berangkat ke kampus sudah diawali dengan keadaan yang tidak mengenakkan.
Teori orang sih biasanya kalo awalnya pahit, akhirnya juga masih ada sisa-sisa
kepahitan. Sementara ini saya setuju dengan teori itu, karena pas saya pulang
pun masih ada kejadian yang bikin kesel.
Waktu
magrib sudah lewat. Badan kacau, macet masih berlanjut dan lebih paitnya lagi pas
ujan lagi deres-deresnya, saya diturunin bukan ditempat tujuan, karena si amang
supir malah milih pake jalan alternatif. *Aseeemmmm*
Saya
pun memutuskan untuk naik angkot. Tapi udah lama nunggu, angkotnya ga
lewat-lewat *paiiit* Saat saya sedang menelan tablet pahit, datang seorang laki-laki yang menghampiri saya dengan
memakai helm dan jaket yang basah kuyup.
+“Teh, maaf saya mengganggu. Boleh
saya minta tolong?”
-“Kenapa A?”
+”Gini Teh, itu anak saya *sambil
nunjuk seorang anak perempuan yang cantik sekitar umur 5 Tahun, memakai topi
dan dibalut dengan jas hujan besar, dan berdiri disamping motor ayahnya. Terlihat
sangat kedinginan* kami mau pulang habis main, anak saya ngantuk dan sudah
kedinginan. Saya minta tolong Teh, pegangin anak saya dibelakang sampe rumah
saya didaerah *******. Kalo dia duduk sendirian, saya takut dia ketiduran nanti
jatoh. Kalo duduk didepan, nanti anak saya basah kuyup”.
-“Aduhh gimana ya A, Punten pisan
nih, itu jauh lagi dari rumah saya. Saya juga udah ditungguin sama ayah di gang
****. Maaf ya A”
+”ooh iya Teh, gpp”
Laki-
laki itu tersenyum dan kembali menghampiri anaknya yang sedari tadi
memperhatikan kami. Saya melihat laki-laki itu memeluk anaknya dengan penuh
kecemasan. Sisi cengeng saya pun muncul seketika. Saya menghampiri mereka.
-“A, yaudah saya bantu. Tapi nanti
tolong berenti dulu di gang ****, ayah saya udah nunggu disana soalnya,
sekalian mau minta izin”
+”iya Teh, terimakasih sebelumnya
ya Teh”
Kami
pun berangkat, saya peluk anak itu agar tidak terkena air hujan. Sesampainya di
gang, Ayah saya sudah duduk menunggu, lengkap dengan jas hujannya. Laki-laki
itupun menghampiri ayah saya sambil menggendong anaknya. Dia meminta izin kepada
ayah saya.
Dan ternyata ayah saya tidak mengizinkan.
+”Maaf ya A, bukannya saya tidak
mengizinkan anak saya untuk membantu. Tapi, anak saya juga baru pulang dari
kampus, jalanan masih macet, hujannya juga masih deras, tempat tinggal aa juga
jaraknya jauh dari sini. Rumah kami juga masih jauh. Saya takut anak saya sakit
lagi a. Aa tunggu aja dulu disini sampai ujannya reda. Nanti anaknya duduk didepan, balut pakai
mantel.”
-“Ohh, iya gpp pak. Terimakasih
ya pak, maaf sudah merepotkan anaknya”.
Laki-laki
itu tersenyum kepada saya sambil mengucapkan terimakasih. Sebelum ayah saya
melajukan motornya, kami berpamitan dahulu dan mereka tersenyum dengan
hangatnya.
Diperjalanan, ayah saya
menasehati saya bahwa,
“Berbuat baik itu memang harus,
tapi kamu juga harus sadar diri dengan keadaan kamu yang seperti ini, kamu akan
mampu atau tidak. Menolong orang lain itu memang wajib, tapi kamu harus tau
kondisi dan situasinya. Memungkinkan atau tidak. Jangan sampai menolong orang
lain, tapi malah kamu yang jatuh sakit.”
Ditengah
perjalanan saat hujan yang turun semakin deras mengguyur jas hujan kami, saya seketika
menangis, menangis terharu telah melihat dua sosok ayah yang sangat tangguh
dalam menjaga masing-masing putrinya.
Melihat dua sosok ayah yang
begitu khawatir dan takut terjadi apa-apa pada putri kesayangannya.
Melihat dua sosok ayah yang rela menembus
hujan untuk melindungi harta terindahnya.
Melihat dua sosok ayah yang
begitu hebat.
Dan satu dari dua sosok ayah itu
adalah AYAH KU :’)
Bersyukurlah
kalian jika masih memiliki Ayah yang begitu peduli, jangan pernah sia-siakan
perhatiannya.
Untuk
Adik cantik dan Ayah yang hebat tadi, terimakasih telah memberikan pelajaran
yang sangat berharga. Semoga kalian sudah sampai di rumah dengan selamat :)