Rabu, 29 Maret 2017

#MEMESONAITU SARJANA IBU RUMAH TANGGA

Mengenyam pendidikan yang tinggi merupakan impian banyak orang, tak terkecuali wanita. Meskipun sudah banyak masyarakat yang terbuka pikirannya tentang pendidikan, tetap saja ada yang masih beranggapan bahwa wanita tidak perlu bersekolah tinggi, toh ujung-ujungnya mengurus rumah tangga. Anggapan itu seakan sudah menjadi paradigma di masyarakat awam.

Memang pada jaman dulu wanita dilarang untuk sekolah, namun saat ini wanita pun memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Semua itu salah satu berkat perjuangan pahlawan R.A Kartini yang sangat kritis terhadap pendidikan pada wanita. Meskipun beliau sudah tiada, namun hasil dari perjuangannya dapat kita rasakan sebagai kaum wanita yang saat ini dapat mengenyam pendidikan tinggi dengan mencapai gelar sarjana dan mewujudkan cita-cita dalam segala bidang, baik itu bidang kesehatan, kesenian, pendidikan, pariwisata bahkan dibidang keamanan negara dan politik.

Salah satu cara untuk mencapainya yaitu melalui proses pendidikan. Menghabiskan waktu tahunan hanya untuk belajar demi menyandang gelar sarjana, suatu saat akan menjadi kepuasaan tersendiri bagi yang menjalaninya. Akan timbul sikap dan sifat kita dengan sendirinya saat melewati pengalaman tersebut, dari mulai bekerja keras, pantang menyerah, mengenal banyak karakter orang dengan bersosialisasi.

Jika seseorang khususnya wanita berpendidikan tinggi, maka akan ada peluang yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Orangtua pun tentu akan merasa bangga pada kerja keras anaknya demi membahagiakan mereka, meski ukuran bahagia memang tidak selalu tentang materi, tapi saat kita dapat meraih apa yang kita inginkan seakan menjadi pembuktian diri bahwa wanita juga bisa berada dan diterima diberbagai bidang pekerjaan yang menjadi impiannya. Namun tetap tidak mengesampingkan kodratnya sebagai calon ibu pembangun generasi.

Anak-anak yang cerdas lahir dari rahim ibu yang cerdas pula. Mengapa demikian? Karena wanita merupakan calon ibu, yang nantinya akan menjadi sekolah pertama yang terbaik bagi anaknya, dimana pelajaran awal akan ditanamkan. Perlu wanita ketahui bahwa kecerdasan anak 80% berasal dari ibunya. Maka dari itu, wanita harus memiliki attitude yang baik, wawasan yang luas, kreatif dan inovatif. Semua itu bisa didapatkan lewat pendidikan setinggi mungkin.

Mengurus seorang anak membutuhkan tenaga ekstra, tidak hanya menguras tenaga,  tetapi juga pikiran. Walaupun tidak ada sekolah yang secara langsung mengajarkan bagaimana caranya menjadi seorang ibu dan istri yang baik. Tapi lewat pendidikanlah pikiran wanita akan lebih terbuka dan terasah lebih kreatif dalam mendidik anak. Perkembangan dan tumbuh kembang anak menjadi tanggung jawab lebih bagi seorang ibu. Apalagi saat ini kita sudah memasuki zaman dimana teknologi sudah berperan penting dan menimbulkan hedonisme bahkan liberalisme. Disini peran ibu sangat dibutuhkan untuk mengkontrol aktifitas dan fasilitas anak sesuai umurnya. Sedangkan peran suami setiap harinya akan disibukkan oleh pekerjaannya demi mencari nafkah bagi keluarga, sehingga semua hal yang terjadi didalam rumah adalah sebagian besar menjadi urusan seorang ibu.

#Memesonaitu merupakan seorang wanita yang rela melepaskan karir dan memilih menyandang gelar “sarjana ibu rumah tangga” demi suami dan calon anaknya. Kalau pun harus bekerja, bekerjalah dirumah. Contohnya menjadi seorang entreupreneur, sehingga kegiatan anakpun masih terkontrol dengan baik. Ketika seorang ibu yang terdidik dan bisa mendidik anaknya menjadi cerdas, maka dia akan menyumbang pembangunan generasi penerus bangsa lewat anak-anaknya yang cerdas.