Chapter
I : Ayahku Idolaku
Ayah adalah sosok yang saya kagumi setelah ibu. Dia adalah orang
yang meskipun lelah tapi tidak pernah mengeluh, meski sakit selalu bilang dia
baik-baik saja. Selalu menjaga keluarganya dengan penuh tanggungjawab. Memang kadang,
sedikit kesel sama sifat over protective nya. Bagaimana tidak,
dari sd, smp sampai sma, kadang saya tidak pernah diperbolehkan mengikuti
kegiatan tertentu. Pernah sewaktu kelas 6 SD, saya mengikuti pramuka dan tentunya
akan ada kegiatan makrab/camping, yaaa taulaah pasti ga bakal diijinin, meskipun
jaraknya dekat dari rumah dengan alasan takut sakitlah, takut ilang, takut
ganggu orang *karna tidur yang absurd*. XD
Sebagai anak yang mengidolakan sosok orangtua dan tentunya ga mau bikin mereka kecewa, dari kecil saya ga pernah membantah apa kata orangtua, ketika ayah bilang tidak, ya ga bakal saya lakuin. Karena saya yakin, dibalik larangan mereka ada kebaikan yang tidak saya ketahui dan saya selalu yakin bahwa ridho orang tua adalah ridho Allah.
Urusan percintaan pun, ayah akan ikut andil. Saat tau anaknya sakit
hati, ayah adalah orang pertama yang marah karena merasa anaknya tidak berhak
diperlakukan seperti itu oleh laki-laki. Setelah kejadian sakit hati
berturut-turut *ceileeehhh*, setiap shalat saya selalu berdo’a : “Ya Allah, aku
boleh ga minta pasangan yang kayak ayah, iya sosoknya kayak ayah, tanggung jawab
dan menghargai perempuan”.
Chapter
II : Dia Mirip Ayah
Masuk perkuliahan semester 3 ada cowo gendut, tinggi, wajahnya lucu.
Hal pertama yang saya bilang didalam hati : “Ko mirip ayah ya?”. Ternyata kita
pernah satu organisasi waktu semester 1. Cuma waktu itu ga lama, jadi ga pernah
akrab dan ga pernah kenalan. Hanya sebatas tau cowo itu anak kelas sebelah. Kita
mulai deket waktu acara bazar di kampus, alhasil timbul lah kata PDKT.
Karena ga mau sakit hati lagi, pdktnya saya lama-lamain, cuma mau
ngetes siih dia tipe orang yang bosenan ga, jangan kayak yang udah-udah dan
ternyata dia kuat ngadepin sikap saya yang cuek, cwe macho dan kalo ngomong ga
pake saringan.
Oke masa pdkt selama 3 bulan udah lewat, akhirnya saya mau pacaran
sama dia. 2 bulan masa pacaran, saya diajak ke rumahnya buat kenalan sama
keluarganya. Ternyata prinsipnya sama, yaitu ridho orang tua adalah ridho
Allah. Alhasil, saya luluh dan mau diajak bertemu orangtuanya. Degdegan banget,
detak jantung aja sampe kedengeran ke madinah dan alhamdulillah respon orangtuanya
baik dan katanya sukaaa *Yihaaaa*.
Sekarang gilliran dia yang degdegan, karna pertama kalinya
nganterin sampe rumah dan bertemu dengan orangtua saya, sempet takut ayah ga
suka. Tapi saat aku tinggal 20 menit untuk beres-beres dan ganti baju, pas
balik lagi mereka udah ngobrol akrab. And you know what?? Ada hal yang bikin saya
cengo, didepan ibu, dia bilang gini ke ayah : “Pa, saya berniat serius sama
anak bapa. Saya ga akan nyakitin anak bapa.” Dan jawaban ayah cuma senyum, iya cuma
senyum *Zoom in *Zoom out*.
Ayah bukan tipe orang yang mudah percaya sama orang lain, jadinya
ya gitu. Tapi ternyata ayah suka sama dia, katanya anaknya sopan, suka becanda
kayak ayah. Uhuuyyy lampu ijo.
Yang bikin saya ga habis pikir, cara marahnya, tanggungjawab dia,
cara dia ngejaga saya itu sama persis kayak ayah, meski belum sehebat ayah
hehe. Mungkin semua ini jawaban dari do’a-do’a saya selama ini.
Pacaran sama dia banyak suka dukanya, tapi ada satu hal yang bikin
saya jatuh cinta terus, yaitu cara dia memperlakukan orangtuanya. Karena untuk
menilai laki-laki itu baik adalah dengan cara mengetahui bagaimana perlakuan
dia terhadap ibunya. Cerita masa kecilnya pun saya sudah hafal dari ibunya. Ibunya
senang sekali bercerita tentang dia, dari mulai marahnya sampai manjanya. Haha
Chapter
III : Hadiah Kecil di Jari Manis
Moment wisuda D3 di bulan Desember adalah moment yang ga bisa
terlupakan, selain degdegan karna mau mindahin tali dari kiri ke kanan, juga
karna ada moment pertemuan keluarga. Degdegannya kayak suara galon yang
dipukulin pas bangunin sahur sekampung.
Dan yang bikin seneng bertubi-tubi *ceileehh* adalah dia yang ga
bisa romantis, tiba-tiba ngasih hadiah kecil dijari manis dan ternyata selama
ini dia nabung buat beli hadiah itu. It’s so sweet. Okee rasanya
pengen loncat-loncat saat itu juga. The best day ever.
- -
- - - - - - - - -
Terimakasih
untuk hampir 2 tahun ini sudah menemani, menjadi tempat berkeluh kesah. Selalu support
dan jadi penasehat yang baik seperti ayah. Semoga niat baiknya cepat
terlaksana.
Love you more.
0 komentar:
Posting Komentar