Jumat, 02 Juni 2017

Dia, Sosok Seperti Ayah

Chapter I : Ayahku Idolaku

Ayah adalah sosok yang saya kagumi setelah ibu. Dia adalah orang yang meskipun lelah tapi tidak pernah mengeluh, meski sakit selalu bilang dia baik-baik saja. Selalu menjaga keluarganya dengan penuh tanggungjawab. Memang kadang, sedikit kesel sama sifat over protective nya. Bagaimana tidak, dari sd, smp sampai sma, kadang saya tidak pernah diperbolehkan mengikuti kegiatan tertentu. Pernah sewaktu kelas 6 SD, saya mengikuti pramuka dan tentunya akan ada kegiatan makrab/camping, yaaa taulaah pasti ga bakal diijinin, meskipun jaraknya dekat dari rumah dengan alasan takut sakitlah, takut ilang, takut ganggu orang *karna tidur yang absurd*. XD

Sebagai anak yang mengidolakan sosok orangtua dan tentunya ga mau bikin mereka kecewa, dari kecil saya ga pernah membantah apa kata orangtua, ketika ayah bilang tidak, ya ga bakal saya lakuin. Karena saya yakin, dibalik larangan mereka ada kebaikan yang tidak saya ketahui dan saya selalu yakin bahwa ridho orang tua adalah ridho Allah.
Urusan percintaan pun, ayah akan ikut andil. Saat tau anaknya sakit hati, ayah adalah orang pertama yang marah karena merasa anaknya tidak berhak diperlakukan seperti itu oleh laki-laki. Setelah kejadian sakit hati berturut-turut *ceileeehhh*, setiap shalat saya selalu berdo’a : “Ya Allah, aku boleh ga minta pasangan yang kayak ayah, iya sosoknya kayak ayah, tanggung jawab dan menghargai perempuan”.


Chapter II : Dia Mirip Ayah

Masuk perkuliahan semester 3 ada cowo gendut, tinggi, wajahnya lucu. Hal pertama yang saya bilang didalam hati : “Ko mirip ayah ya?”. Ternyata kita pernah satu organisasi waktu semester 1. Cuma waktu itu ga lama, jadi ga pernah akrab dan ga pernah kenalan. Hanya sebatas tau cowo itu anak kelas sebelah. Kita mulai deket waktu acara bazar di kampus, alhasil timbul lah kata PDKT.
Karena ga mau sakit hati lagi, pdktnya saya lama-lamain, cuma mau ngetes siih dia tipe orang yang bosenan ga, jangan kayak yang udah-udah dan ternyata dia kuat ngadepin sikap saya yang cuek, cwe macho dan kalo ngomong ga pake saringan.
Oke masa pdkt selama 3 bulan udah lewat, akhirnya saya mau pacaran sama dia. 2 bulan masa pacaran, saya diajak ke rumahnya buat kenalan sama keluarganya. Ternyata prinsipnya sama, yaitu ridho orang tua adalah ridho Allah. Alhasil, saya luluh dan mau diajak bertemu orangtuanya. Degdegan banget, detak jantung aja sampe kedengeran ke madinah dan alhamdulillah respon orangtuanya baik dan katanya sukaaa *Yihaaaa*.
Sekarang gilliran dia yang degdegan, karna pertama kalinya nganterin sampe rumah dan bertemu dengan orangtua saya, sempet takut ayah ga suka. Tapi saat aku tinggal 20 menit untuk beres-beres dan ganti baju, pas balik lagi mereka udah ngobrol akrab. And you know what?? Ada hal yang bikin saya cengo, didepan ibu, dia bilang gini ke ayah : “Pa, saya berniat serius sama anak bapa. Saya ga akan nyakitin anak bapa.” Dan jawaban ayah cuma senyum, iya cuma senyum *Zoom in *Zoom out*.
Ayah bukan tipe orang yang mudah percaya sama orang lain, jadinya ya gitu. Tapi ternyata ayah suka sama dia, katanya anaknya sopan, suka becanda kayak ayah. Uhuuyyy lampu ijo.
Yang bikin saya ga habis pikir, cara marahnya, tanggungjawab dia, cara dia ngejaga saya itu sama persis kayak ayah, meski belum sehebat ayah hehe. Mungkin semua ini jawaban dari do’a-do’a saya selama ini.
Pacaran sama dia banyak suka dukanya, tapi ada satu hal yang bikin saya jatuh cinta terus, yaitu cara dia memperlakukan orangtuanya. Karena untuk menilai laki-laki itu baik adalah dengan cara mengetahui bagaimana perlakuan dia terhadap ibunya. Cerita masa kecilnya pun saya sudah hafal dari ibunya. Ibunya senang sekali bercerita tentang dia, dari mulai marahnya sampai manjanya. Haha

Chapter III : Hadiah Kecil di Jari Manis

Moment wisuda D3 di bulan Desember adalah moment yang ga bisa terlupakan, selain degdegan karna mau mindahin tali dari kiri ke kanan, juga karna ada moment pertemuan keluarga. Degdegannya kayak suara galon yang dipukulin pas bangunin sahur sekampung.
Dan yang bikin seneng bertubi-tubi *ceileehh* adalah dia yang ga bisa romantis, tiba-tiba ngasih hadiah kecil dijari manis dan ternyata selama ini dia nabung buat beli hadiah itu. It’s so sweet. Okee rasanya pengen loncat-loncat saat itu juga. The best day ever.

- - - - - - - - - - -

Terimakasih untuk hampir 2 tahun ini sudah menemani, menjadi tempat berkeluh kesah. Selalu support dan jadi penasehat yang baik seperti ayah. Semoga niat baiknya cepat terlaksana. 
Love you more.

0 komentar:

Posting Komentar